Kembalinya Donald Trump sebagai Presiden AS telah membawa perubahan signifikan dalam kebijakan luar negeri Amerika Serikat. Pendekatan “America First” dan kebijakan tarif proteksionisnya telah berdampak besar terhadap hubungan bilateral antara AS dan Indonesia—baik dari sisi perdagangan, investasi, maupun diplomasi strategis.
1. Kebijakan Tarif ‘Liberation Day’ dan Dampaknya bagi Indonesia 🇺🇸
Pada 2 April 2025, Trump meluncurkan kebijakan “Liberation Day tariffs”: tarif dasar 10% terhadap seluruh impor, dengan tarif khusus hingga 25–32% bagi banyak negara, termasuk Indonesia Wall Street Journal+8Wikipedia+8Wikipedia+8.
Indonesia sempat terancam tarif 32% atas ekspor ke AS. Namun akhirnya pada Juli 2025, tercapailah kesepakatan: tarif ekspor Indonesia disepakati menjadi 19%, sementara ekspor AS ke Indonesia bebas tarif hampir 99% The Australian+5InsightPlus+5Wall Street Journal+5. Kesepakatan ini termasuk pembelian besar-besaran seperti US$15 miliar produk energi, US$4,5 miliar produk pertanian, dan 50 pesawat Boeing oleh Indonesia Wall Street Journal+5The Australian+5InsightPlus+5.
2. Implikasi terhadap Perdagangan dan Investasi Indonesia
-
Ekspor terkena tarif 19%: Industri tekstil Indonesia paling tertekan, sementara komoditas seperti minyak sawit masih memiliki daya tawar tinggi karena suplai global terbatas The Australian+3The Diplomat+3InsightPlus+3.
-
Lebih terbukanya pasar Indonesia: Produk AS seperti energi, pertanian, otomotif, dan layanan digital masuk Indonesia tanpa tarif, memicu peluang bagi investor AS tetapi juga tekanan terhadap industri lokal The White HouseThe White HouseInsightPlusWall Street Journal.
-
Fokus pada reformasi ekonomi: Indonesia diingatkan untuk mempercepat reformasi ekonomi, memperkuat kualitas sertifikasi (misalnya rules of origin), serta memperluas integrasi perdagangan dalam ASEAN dan RCEP sebagai upaya diversifikasi pasar dan mengurangi ketergantungan pada AS East Asia Forum.
3. Sinergi Diplomasi dan Posisi Strategis Indonesia
-
Indonesia terus mempertahankan kebijakan “bebas dan aktif”, menghindari pilihan paksa antara AS dan China, dan memperkuat self-positioning sebagai mitra strategis untuk kedua negara besar tersebut Carnegie Endowmentiseas.edu.sgWikipedia.
-
Keputusan pemotongan dana asing oleh AS (seperti pemangkasan bantuan USAID hingga 90%) membuat ruang diplomasi Indonesia di sektor pembangunan terbuka bagi alternatif seperti Tiongkok dan lembaga multilateral lainnya WikipediaCarnegie Endowment.
-
Forum strategis ASEAN dan diplomasi ekonomi multilateral menjadi kanal penting untuk menyeimbangkan hubungan dengan kekuatan global di Tengah tekanan unilateral AS Carnegie Endowment.
4. Kesimpulan: Menavigasi Era Baru Diplomasi AS
Perubahan politik dalam negeri AS turut membentuk ruang strategi Indonesia di ranah global. Meski kemitraan bilateral tetap berjalan—terutama dalam perdagangan dan investasi—namun Indonesia terdorong untuk lebih aktif melakukan diversifikasi strategi:
-
Memperkuat integrasi ekonomi regional seperti ASEAN dan RCEP.
-
Mendorong reformasi domestik agar lebih kompetitif dan adaptif.
-
Menjaga prinsip diplomasi kemandirian untuk menghadapi tekanan geopolitik global.
Kerja sama bilateral tetap penting, namun kebijakan AS yang proteksionis kini menjadi katalis bagi Indonesia untuk memperkuat daya tahan ekonomi dan memperluas jaringan diplomatik lintas blok.