
09 Juli 2025
Film drama epik terbaru berjudul “Langit Merah di Ujung Senja” mencatat rekor baru dalam sejarah perfilman Indonesia. Hanya dalam waktu 7 hari sejak penayangan perdananya, film ini telah menarik lebih dari 4,2 juta penonton, menjadikannya film dengan jumlah penonton tercepat sepanjang 2025.
Dibintangi oleh Nicholas Saputra dan Putri Marino, film ini menggabungkan kekuatan sinematografi, narasi puitis, serta isu sosial yang relevan — menghasilkan karya yang tak hanya indah ditonton, tetapi juga menggugah pikiran.
Kisah yang Penuh Emosi dan Refleksi Sosial
Disutradarai oleh Edwin Rahadian, Langit Merah di Ujung Senja mengangkat cerita cinta dua manusia yang terpisah oleh konflik politik dan lingkungan, dengan latar desa pesisir yang terancam tenggelam akibat perubahan iklim.
Film ini membahas banyak tema besar:
-
Ketidakadilan lingkungan
-
Identitas dan trauma masa lalu
-
Harapan dan rekonsiliasi
Cerita ini digambarkan dengan tempo lambat namun emosional, membuat banyak penonton tersentuh bahkan menangis di akhir film.
Pemeran dan Akting yang Mendalam
-
Nicholas Saputra memerankan Ardi, seorang aktivis lingkungan yang kembali ke kampung halamannya setelah 20 tahun.
-
Putri Marino sebagai Laras, gadis yang pernah menjadi cinta pertamanya dan kini menjadi guru lokal.
-
Penampilan pendukung dari Tio Pakusadewo, Sha Ine Febriyanti, dan debut dari penyanyi muda Salma Salsabil juga banyak dipuji.
Akting mereka dinilai jujur, tanpa dramatisasi berlebih, dan terasa autentik.
Sinematografi dan Musik yang Mempesona
Salah satu kekuatan film ini terletak pada sinematografi lanskap senja, rawa-rawa, dan laut yang digambarkan dengan tone merah keemasan yang konsisten dari awal hingga akhir.
Musik latar oleh Aksara Music Studio memadukan alat musik tradisional dengan sentuhan ambient, menciptakan suasana hening yang menekan sekaligus mengharukan.
Soundtrack utamanya, “Ruang yang Tersisa”, dinyanyikan oleh Yura Yunita, kini viral di TikTok dan Spotify.
Reaksi Publik dan Kritikus
Kritikus menyebut film ini sebagai “perpaduan antara puisi visual dan kritik sosial yang lembut namun menggigit.”
Skor 9.2/10 di IMDb Indonesia dan 96% di Rotten Tomatoes Asia memperkuat respons positif yang diterima film ini.
Di media sosial, tagar #LangitMerahFilm trending selama beberapa hari terakhir, dengan ribuan penonton membagikan kutipan dialog, adegan favorit, hingga ulasan emosional.
Rencana Tayang Internasional
Karena kesuksesannya, film ini dikabarkan akan diputar di berbagai festival film luar negeri, termasuk:
-
Toronto International Film Festival (TIFF)
-
Venice Film Week
-
Tokyo Film Festival
Langkah ini menjadikan film Langit Merah di Ujung Senja sebagai kandidat kuat untuk mewakili Indonesia di ajang Oscar 2026 kategori Best International Feature.
Kesimpulan
Langit Merah di Ujung Senja bukan hanya film, tetapi refleksi atas luka dan harapan bangsa. Keberhasilannya menandai babak baru bagi perfilman Indonesia: karya lokal dengan kualitas internasional yang tetap berakar pada realitas sosial bangsa.