
Kepopuleran Kuliner Fermentasi Lokal: Tempe dan Tape Masuk Daftar Superfood Global 2025
Jakarta, 15 Juli 2025 – Dua kuliner fermentasi asli Indonesia, tempe dan tape singkong, berhasil menarik perhatian dunia dan resmi masuk dalam daftar “Global Superfoods 2025” yang dirilis oleh World Food Research Foundation (WFRF). Pengakuan ini menandai momen penting bagi industri kuliner dan pangan lokal, sekaligus menjadi bukti bahwa tradisi makanan Indonesia memiliki potensi besar dalam industri kesehatan dan gastronomi global.
Tempe dan Tape: Tradisi yang Dihidupkan Kembali
Sebagai makanan hasil fermentasi, tempe dan tape telah lama menjadi bagian dari budaya pangan Nusantara. Tempe, yang dibuat dari kacang kedelai yang difermentasi dengan jamur Rhizopus oligosporus, telah dikenal sebagai sumber protein nabati yang sangat bergizi dan ramah lingkungan. Sementara itu, tape singkong – makanan manis dengan cita rasa asam khas – memiliki kandungan probiotik yang menyehatkan sistem pencernaan.
Kini, dengan tren global yang semakin mengarah pada konsumsi makanan fungsional dan fermentasi, dua makanan ini mendapat tempat istimewa. Laporan WFRF menyebutkan bahwa kandungan prebiotik, antioksidan, dan enzim aktif dalam tempe dan tape dapat meningkatkan daya tahan tubuh, menjaga keseimbangan mikrobioma usus, serta mendukung metabolisme tubuh.
Popularitas di Kancah Internasional
Selama dua tahun terakhir, tempe dan tape mulai dikenal di dunia kuliner barat, khususnya di Eropa dan Amerika Serikat. Restoran vegan dan kedai makanan sehat di kota-kota besar seperti London, Amsterdam, dan New York mulai menyajikan berbagai hidangan tempe: dari tempe burger, tempe bacon, hingga tempe stir fry ala Asia.
Sementara tape singkong, dengan tekstur dan rasa uniknya, menarik perhatian chef pastry dan dessert bar ternama. Di Tokyo, dessert “Fermented Cassava Parfait” dengan crumble tape dan krim kelapa menjadi tren makanan penutup baru yang viral di Instagram dan TikTok Jepang.
Chef Gordon Oliver, salah satu juri MasterChef Global Edition 2025, bahkan menyebut tempe sebagai “plant-based meat terbaik dari Asia Tenggara.”
“Tempe bukan hanya enak dan kaya rasa umami, tapi juga rendah karbon dan kaya protein. Saya memakannya hampir setiap minggu sejak dikenalkan oleh tim dapur saya yang berasal dari Indonesia,” katanya dalam wawancara bersama The Guardian Food.
Inovasi Kuliner Lokal: Dari Warung ke Gourmet
Di dalam negeri, transformasi tempe dan tape juga tengah berlangsung. Dari warung sederhana hingga restoran bintang lima, kuliner fermentasi ini tampil dalam berbagai bentuk inovatif. Di Bandung, restoran Sunda Rasa Baru menyajikan “Tempe Karamel Saus Gula Aren”, sedangkan di Bali, “Ubud Fermentary” menciptakan menu fusion bernama Tapé Pudding with Ginger Crème yang menjadi favorit wisatawan mancanegara.
UMKM dan petani lokal pun mendapat dorongan besar untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi. Pemerintah melalui Kementerian Koperasi dan UKM telah meluncurkan program pelatihan dan sertifikasi keamanan pangan untuk produsen tempe dan tape rumahan.
Potensi Ekspor dan Branding Nasional
Masuknya tempe dan tape ke daftar superfood dunia membuka peluang besar ekspor produk fermentasi ke pasar internasional. Data dari Kementerian Perdagangan RI menunjukkan peningkatan ekspor tempe beku sebesar 65% pada semester pertama 2025 dibanding tahun lalu. Negara tujuan utama meliputi Jepang, Australia, Uni Emirat Arab, dan Amerika Serikat.
Untuk mendukung ekspansi ini, pemerintah bersama pelaku industri telah meluncurkan kampanye “Tempe Goes Global” dan “Tape Indonesia Hebat” yang menargetkan supermarket organik dan gerai makanan sehat di luar negeri.
“Ini saatnya Indonesia menjadi pemimpin global dalam pangan sehat berbasis kearifan lokal. Kita punya kualitas, cerita, dan budaya yang kuat untuk ditawarkan,” ujar Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno, dalam peluncuran kampanye nasional pangan fermentasi.
Pendidikan dan Kesadaran Generasi Muda
Menariknya, generasi muda Indonesia yang dulu kerap mengabaikan makanan tradisional kini justru menjadi motor utama pelestarian dan pengembangan tempe dan tape. Di media sosial, tagar seperti #TempeIsTheNewSteak dan #Tapemania terus trending. Influencer makanan sehat seperti Nadine Zahra dan YogaFoodie secara rutin membagikan resep kreasi tempe dan tape dalam bentuk smoothie bowl, salad fusion, hingga pizza topping vegan.
Lembaga pendidikan kuliner juga ikut serta. Sekolah Tinggi Pariwisata NHI Bandung dan Politeknik Pariwisata Bali telah memasukkan fermentasi lokal ke dalam kurikulum praktikum gastronomi mereka.
Penutup: Kuliner Lokal yang Mendunia
Dengan kombinasi tradisi, inovasi, dan pengakuan internasional, tempe dan tape kini bukan sekadar makanan pinggiran, melainkan menjadi simbol kebangkitan kuliner lokal Indonesia di panggung global. Generasi baru telah membuktikan bahwa makanan warisan bisa tampil modern, sehat, dan mendunia – tanpa kehilangan jati dirinya.
Indonesia tak hanya dikenal karena rendang dan nasi goreng, tetapi juga sebagai tanah kelahiran makanan fermentasi yang menjadi superfood masa depan.